Pidie Jaya, SiberAceh.com – Baru-baru ini
terlihat di sejumlah toko dan kios yang ada di Kabupaten Pidie Jaya, banyak
anak-anak antrian untuk membeli dan mendapatkan koin, guna memainkan satu alat
untuk mencabit boneka yang ada didalam tempat tersebut, Selasa 24 Juni 2024.
Ironisnya dalam permainan yang hampir dipastikan untung-untungan itu, 99,9 persen gagal para pemain yang umumnya anak-anak harus mengeluarkan Rp. 5000 hingga Rp. 10.000 hanya untuk mendapatkan satu boneka kecil, itu pun bila bisa mereka cabit atau mereka dapatkan.
Dari penulusuran SiberAceh.com, ada beberapa kios yang menjual boneka, salah satunya di Desa Rieng Krueng Kecamatan Meureudu, dimana anak-anak sedang bermain bahkan ada salah satu ibu rumah tangga yang harus mengantarkan anak ke kios tersebut karena meminta bermain, padahal sebelumnya sudah menghabiskan Rp. 10.000, namun tidak satupun boneka yang didapatkan.
"Ini pak, anak saya minta main lagi cabit boneka, padahal kemaren sudah dia main dan habis uang Rp. 10.000 ini minta main lagi. Mau gimana lagi, mau tidak mau terpaksa harus saya turuti dari pada dia menangis terus," ujar ibu tersebut yang tidak mau namanya ditabalkan.
Sementara itu, Mimi, salah satu pemilik kios di Desa Meunasah Kulam Kecamatan Meureudu mengatakan, dirinya ditawarkan oleh sales yang membawa cabit tersebut, dengan keuntungan 5 persen dari laku koin dan pihak pemilik cabit juga membayar sewa lapak selama 15 hari alias sesuai kontrak.
"Kami dapat 5 persen dari laku koin, dan dibayar tempat selama 15 hari dalam satu kali kontrak,” ujar mimi.
Menurut Mimi, selama 15 hari yang lalu pihak pengelola bisa mengantongi 6 juta lebih, sementara dirinya juga mendapatkan Rp. 3.000 atas persen tersebut.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Syari’at Islam Pidie Jaya, Drs. Jailani via selulernya menegaskan, dalam waktu dekat ini akan memonitor.
"Dalam waktu dekat ini,
akan kita kontrol,” ucapnya.
Sementara Kasatpol PP Pidie Jaya, Drs. Muhammad Taib mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait.
"Sedang kami lakukan koordinasi, karena hal tersebut tidak bisa kami lakukan sendiri,” pungkasnya. (HR)