siberaceh.com

Siberaceh

Pidie Jaya, SiberAceh.com – Kursi bambu atau dalam bahasa Aceh di sebut Panteu Trieng, merupakan salah satu tempat duduk yang sangat di minati warga, terbukti di mana-mana kursi bambu ini kerap terlihat, baik di teras rumah, café, emperan toko, warung maupun di tempat-tempat usaha lainnya.

Seperti diketahui, kursi bambu atau Panteu Trieng berbahan baku dasar dari bambu tua. Batang bambu itu di potong lalu di jemur di bawah terik matahari selama sepekan. Kemudian setelah kering lalu di potong sesuai ukuran kursi yang akan di buat.


Selanjutnya, bambu dibersihkan, diperlicin, dibelah dan di haluskan. Alhasil batang bambu yang sudah dibersihkan dan dibelah tadi dipergunakan untuk kebutuhan lantai kursi, sementara untuk tiang dan semacamnya, bambu dilubangi guna menyatukan dengan bambu lainnya, sehingga terbentuk satu kesatuan menjadi kursi bambu atau Panteu Trieng.

Hal itu dipaparkan salah satu pengrajin Panteu Trieng, Muhammad Budiman, warga Desa Narau Barat Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya, kepada wartawan media ini, Sabtu 10 Desember 2022.

Muhammad juga menjelaskan, bahwa dirinya sudah menekuni pekerjaan sebagai pengrajin Panteu Trieng sudah lebih 30 tahun, tepatnya pada awal tahun 1992 silam, dirinya sudah melakoni pekerjaan tersebut hingga saat ini.

"Saya merintis usaha kursi bambu ini pada awal tahun 1992 lalu, dengan menyewa sepetak tanah milik warga dengan biaya pertahunnya sebesar Rp. 1.500.000,- rupiah,” papar Muhammad Budiman.

Ditambahkan, sistem penjualan yang dia lakukan adalah kursi bambu yang sudah jadi. Namun demikian katanya, ada juga yang dipesan sesuai selera pemesan, baik dari segi bentuk, model dan ukurannya.

“Jadi ya terserah pemesan saja mau dibuatkan seperti apa. Selain kursi bambu, saya juga membuat tempat kurungan ayam dan jenis lainnya,” promo M. Budiman, seraya tersenyum.

Dia juga menyebutkan, dalam pembuatan kursi bambu ukuran 70x120, maka menghabiskan satu batang bambu yang panjangnya 25 meter. Untuk itu kursi bambu ukuran tersebut dibandrol dengan harga Rp. 250.000 ribu rupiah.

“Tentu saja harga yang kami tawarkan berpariasi, tergantung ukuran dan model yang dipesan," tutur Budiman.


Namun demikian, selama ini Muhammad Budiman kesulitan dalam mengembangkan usahanya karena terkendala modal. Untuk itu dirinya meminta Pemerintah melalui Dinas terkait, untuk membantunya permodalan melalui program UMKM atau sejenisnya, pinta Muhammad Budiman yang sudah berkiprah puluhan tahun sebagai pengrajin bambu ini.

Previous Post Next Post