Pidie Jaya, SiberAceh.com - Sejak suaminya mengalami stroke beberapa tahun lalu, Sabariah (36) warga Desa Grong - Grong Capa Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya, menjadi tulang punggung keluarga dengan mengandalkan usaha pengolahan garam secara tradisional.
Selain menafkahi suami dan tiga anaknya, ternyata Sabariah juga merawat ayahnya yang sudah tua renta ditempat tinggal mereka yang bisa dikatakan tak layak jadi tempat tinggal, karena kondisi bangunan yang sudah tua serta dinding yang bolong dihampir setiap sisinya. Kemudian, lantai dapur beralas tanah dan kamar tidur berdinding anyaman bambu yang sudah dimakan rayap.
Selain tempat tinggal yang jauh dari kata nyaman, tempat usaha untuk menopang kebutuhan keluarga pun kondisinya sangat menyedihkan. Pasalnya, sarana pengolahan garam ia miliki hanya bermodalkan belahan Drum, dengan dapur seadanya dibawah gubuk reyot.
Kepada awak media ini Sabariah menuturkan, dalam sehari dirinya hanya mampu mengolah garam sebanyak 20 bambu, dengan harga rata - rata Rp. 5000 per bambunya, yang kalau ditotal hanya mendapat penghasilan sebesar Rp. 100.000. penghasilan tersebut belum termasuk biaya kayu bakar dan lainnya.
“Penghasilan sebesar Rp. 100 ribu rupiah ini bang merupakan pendapatan kotor dan bisa didapat dengan jumlah tersebut bila cuaca cerah, namun jika cuaca mendung dan musim hujan, kami sama sekali tidak bisa memproduksi garam, sehingga sama sekali tidak ada pemasukan, karena memasak garam ini adalah satu-satunya mata pencarian saya,” tutur Sabariah.
Untuk itu Sabariah berharap, bantuan dari Pemerintah Daerah dan para Dermawan, agar dirinya bisa diberikan modal usaha, dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan keluarga, terlebih saat ini dirinya sebagai tulang punggung keluarga, yang harus menafkahi suami yang sudah lumpuh, anak-anak yang masih berusia belia serta ayahnya yang sudah tua, pinta Sabariah penuh harap.